Foto saya
Sekretariat;
Jl. Bonang No.1A,Menteng
Jakarta Pusat 10320
Tlp : 021 31931181 / 021 44553543
Fax : 021 3913473
E-mail: Jrki@cbn.net.id

Senin, 13 Juli 2009

MEMBANGUN JARINGAN KERJA ANAK PINGGIRAN

Photo by Flickr.com





PENDAHULUAN

Jaringan kerja sering kali diartikan sebagai sebuah aktivitas berjejaring bagi orang dewasa saja, padahal jaringan kerja hanya lah sebuah wadah bagi banyak orang untuk melakukan sesuatu, yang untuk mereka memiliki manfaat kebersamaan. Jaringan kerja bagi anak pinggiran adalah sebuah wadah, di mana anak-anak pinggiran berkumpul dan mengorganisir diri dan sekaligus sebagai wujud nyata anak-anak pinggiran beraktualisasi di tengah-tengah masyarakat umum (publik). Sebuah kerja berjejaring, yang juga merupakan peluang bagi anak-anak pinggiran belajar berorganisasi dalam konteks pemenuhan hak anak untuk berpartisipasi, karena anak memiliki hak untuk terlibat mengambil keputusan demi kehidupan anak sebagai warga negara.


Jaringan kerja anak pinggiran di Jakarta dan sekitarnya sebenarnya sudah ada sebelumnya dan diinisiasi kembali oleh Ciliwung Merdeka pada tahun 2007 melalui Festival Budaya Anak Pinggiran (FBAP), di mana anak-anak pinggiran berkumpul dan beraktualisasi diri, dan JRK sebagai mitra kerjanya. Setelah itu, aktivitas terhenti hanya sampai di sana saja dan tidak dipagari dengan konsep yang berkelanjutan. Oleh karena itu, JRK berinisiatif pada tahun ini untuk melanjutkannya dan merajut kembali jaringan yang sudah eksis sebelumnya.

TENTANG ANAK PINGGIRAN
Anak Pinggiran adalah anak-anak yang terabaikan haknya dan diabaikan keberadaannya sebagai warga negara oleh pemerintah dan negara, yang seharusnya bertanggung jawab terhadap keberadaan anak demi masa depan bangsa. Mereka adalah semua anak, yang entah oleh kekuasaan ekonomi, sosial, politik dan kebudayaan telah direnggut dan diasingkan hak-hak dasarnya sebagai anak. Sebagian dari mereka adalah anak-anak yang sering disebut sebagai anak jalanan, buruh anak di pabrik-pabrik atau di perkebunan atau pengrajin cilik, pengamen, joki “three-in-one”, penyemir sepatu, pengasong dan pengais sampah berusia antara 5 sampai 18 tahun. Banyak di antara mereka tidak lagi mempunyai tempat tinggal sama sekali dan harus bernaung di bawah langit lepas. Sebagian dari mereka masih tinggal bersama keluarganya dalam kondisi yang sangat memprihatinkan, seperti tinggal di rumah kardus di antara onggokan sampah, di kolong jembatan, di gerobak dagang, di emperan toko, di rumah-rumah bambu dan bedeng-bedeng di pinggir sungai.

Banyak di antara mereka adalah anak-anak korban gusuran, yang tidak pernah jelas dan tidak pernah pasti kehidupannya, entah karena masalah ketiadaan tempat tinggal, pekerjaan orangtua, pranata sosial yang tercerai-berai dan tercerabut atau karena masalah tempat dan lingkungan pendidikan yang tidak pasti atau bahkan tidak ada sama sekali. Memang sebagian dari mereka masih bisa bersekolah, namun banyak juga di antara mereka yang sudah tidak mampu lagi bersentuhan dengan bangku sekolah, bahkan sejak di usianya yang sangat dini.

Di antara semua kemungkinan itu, yang pasti, sebagian besar dari mereka adalah korban kekerasan, baik kekerasan yang mereka terima dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan tempat mereka berada (kekerasan oleh orangtua dalam “domestic violence” atau kekerasan rumahtangga, menjadi korban pelampiasan orang dewasa di jalanan, termasuk kekerasan seksual, perkosaan dan sodomi, hingga menjadi korban human trafficking atau perdagangan manusia, dll.), maupun kekerasan sistematik yang berasal dari negara yang pada umumnya cukup terselubung dalam kebijakan-kebijakan publik pemerintah (pemda) yang jelas-jelas tidak melindungi dan tidak berpihak pada mereka.

UPAYA MEMBANGUN JARINGAN KERJA

Dari awalnya, sejak bulan Desember 2008 lalu, berbagai aktivitas pengupayaan membangun sebuah jaringan kerja bagi anak-anak pinggiran, perlahan dan bertahap sudah berlangsung. JRK sebagai sebuah lembaga, di mana advoaksi anak pinggiran menjadi salah satu program kerjanya, memfasilitasi kami (Tim Kerja Anak Pinggiran) dalam beberapa pertemuan untuk membahas dalam forum terbatas dengan beberapa personil. Tujuannya adalah, agar kita (tim kerja) dapat melihat adanya ragam motivasi dari pertemuan terbatas tersebut, dalam konteks yang lebih luas tentang anak pinggiran.

Fasilitas tersebut berlanjut pada pertemuan-pertemuan rutin internal, yang terus berlangsung dan membuka serta memperkaya kami sebagai sebuah tim kerja untuk melangkah terus secara bertahap. Dalam perjalanan, yang harus diakui menelan banyak waktu dan energi, kami sebagai tim kerja terus melihat adanya ragam kemungkinan dan cara untuk melakukan dan memulai program kerja advokasi anak pinggiran ini dengan segala kerumitannya. Inti dari kerumitan itu pun bukannya harus diartikan sudah selesai sekarang ini melalui orat-oretan ini, tapi justru tetap ada dan harus bisa mendorong kami terus berupaya mereduksi kesalahan dalam melangkah ke depannya. Prinsipnya adalah, bahwa kendala-kendala tersebut menjadi tantangan kami bersama untuk saling bisa memberi masukan dan sekaligus juga terus memperbaikinya. Itu lah sebuah proses mencari solusi bersama sebagai sebuah titik temu atau irisan antar program kerja di JRK sendiri.

Prosesnya dimulai dengan meminta waktu luang dari beberapa lembaga (pemerintah dan non pemerintah) untuk mengajak melihat bersama-sama tentang kondisi anak di Indonesia, yang dari waktu ke waktu semakin terpinggirkan pemenuhan haknya. Beragam cara pendampingan anak pun juga menjadi warna tersendiri dalam kancah aktivitas setiap lembaga dan komunitasnya. Tapi kami sebagai sebuah tim kerja tidak hanya membatasi jaringan kerja ini dengan lembaga-lembaga pendampingan anak saja, justru lembaga atau pun perorangan yang tidak memiliki komunitas dampingan anak kami ikutsertakan dalam pertemuan rutin jaringan, namun mereka memiliki konsep dan juga pengalaman dalam membahas anak pinggiran.

KONDISI UMUM ANAK

Sering dikatakan oleh banyak orang, entah itu penulis, pemerhati anak dan siapapun, bahwa anak selalu menjadi korban orang dewasa. Hal tersebut sangat dapat dirasakan di segala lapisan masyarakat di Indonesia. Hal tersebut terjadi, karena adanya sebab akibat yang terus menerus melilit berbagai sendi kehidupan kita sebagai warga negara, sehingga berdampak pada ketidakpahamanan orang dewasa tentang anak itu sendiri. Oleh karena itu, sebaiknya orang dewasa juga tidak terjebak dengan pengkondisian yang demikian, di mana permasalahan anak menjadi masalah orangtuanya masing-masing.

Tulisan ini akan diupayakan bisa menjadi sebuah cerminan dari rangkaian kerja kami dalam Program Kerja Advokasi Anak Pinggiran Jaringan Relawan Kemanusiaan (PKAAP-JRK), yang berprinsip pada ruang anak berkarya. Ruang anak berkarya merupakan sebuah pemenuhan hak anak untuk berpartisipasi, di mana anak dengan jaringan kerjanya membicarakan, memilih dan menyepakati bersama tentang aktivitasnya yang akan mereka organisir bersama. Dan orang dewasa (pendamping dan personallainnya) merupakan fasilitator anak untuk ikut mewujudnyatakan apa yang sedang anak hadapi di tengah proses perjalanan mereka berjejaring. Memfasilitasi, bukan mengintervensi anak. Jaringan anak pinggiran ini bersepakat dalam forumnya untuk mengutarakan langsung kepada jaringan kerja lintas lembaganya (lembaga pendampingan dan perorangan), agar tidak meninggalkannya, tapi justru mereka membutuhkan pendampingan dalam proses mewujudnyatakan jaringan kerja mereka. Berbagai kendala dan tantangannya ke depan akan selalu dan tetap menjadi masalah bersama, yang akan dibicarakan dalam forum kerja antar anak, sehingga mereka akan memutuskan untuk difasilitasi dari para pendampingnya. Demikian juga dengan jaringan kerja lembaga dan pemerhati anak akan terus memonitoring proses yang sedang berlangsung melalui rambu-rambu, yang biasanya timbul untuk ikut membahas permasalahan yang dihadapi anak secara spontan dalam berorganisasi.

Tulisan ini tentunya tidak berhenti sampai di sini saja, tapi justru baru menjadi tulisan awal bagi Tim Kerja Advokasi Anak Pinggiran. Ke depannya, tentu kami akan menuliskan berbagai pengalaman dan temuan yang kami dapati dari proses kerja ini.

Jakarta, 17 Juni 2009

Kadiv.Advokasi Anak Pinggiran JRK
Deny Tjakra Adisurja

1 komentar:

  1. Assalamu alaikum warohmatullahi wabarakatu.
    Saya ingin berbagi cerita siapa tau bermanfaat kepada anda bahwa saya ini seorang TKI dari johor bahru (malaysia) dan secara tidak sengaja saya buka internet dan saya melihat komentar bpk hilary joseph yg dari hongkong tentan MBAH WIRANG yg telah membantu dia menjadi sukses dan akhirnya saya juga mencoba menghubungi beliau dan alhamdulillah beliau mau membantu saya untuk memberikan nomer toto 6D dr hasil ritual beliau. dan alhamdulillah itu betul-betul terbukti tembus dan menang RM.457.000 Ringgit selama 3X putaran beliau membantu saya, saya tidak menyanka kalau saya sudah bisa sesukses ini dan ini semua berkat bantuan MBAH WIRANG,saya yang dulunya bukan siapa-siapa bahkan saya juga selalu dihina orang dan alhamdulillah kini sekaran saya sudah punya segalanya,itu semua atas bantuan beliau.Saya sangat berterimakasih banyak kepada MBAH WIRANG atas bantuan nomer togel Nya. Bagi anda yg butuh nomer togel mulai (3D/4D/5D/6D) jangan ragu atau maluh segera hubungi MBAH WIRANG di hendpone (+6282346667564) & (082346667564) insya allah beliau akan membantu anda seperti saya...






    BalasHapus