Foto saya
Sekretariat;
Jl. Bonang No.1A,Menteng
Jakarta Pusat 10320
Tlp : 021 31931181 / 021 44553543
Fax : 021 3913473
E-mail: Jrki@cbn.net.id

Kamis, 18 Juni 2009

Membangun Kesadaran Sejarah untuk Kebenaran dan Keadilan



Sejarah bagi peradaban di setiap negara selalu menjadi rujukan, baik untuk mengenang masa lalu, maupun menjadi pintu pembelajaran agar “masa kelam” yang pernah dilalui tidak terulang lagi, sekaligus sebagai upaya mendorong lahirnya konsep ideal untuk menata kehidupan masa depan yang lebih baik. sebab sejarah adalah ruang belajar yang hidup dan disampaikan apa adanya berdasarkan fakta dan bukti tentang masa lalu.

Untuk mencapai kesana, Negara mempunyai tanggung jawab untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dalam konteks inilah peran Pendidik atau Guru menjadi penting. Guru tidak hanya merupakan profesi, namun juga pengemban cita–cita negara yang menjadi ujung tombak untuk menecerdaskan kehidupan berbangsa.



Dan tentu saja, kecerdasan bangsa tidak hanya dibangun berdasarkan pengetahuan ilmiah (berdasarkan kemampuan kognitif saja seperti ilmu–ilmu pengetahuan alam) namun juga dibangun oleh pengetahuan sosial terutama nilai–nilai yang berkembang dan dikembangkan dalam kehidupan, atau yang sering disebut dengan life skill atau kecakapan hidup. Dalam hal inilah sejarah berperan penting dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, masyarakat sampai dengan komunitas paling kecil sekalipun.

Dengan mempelajari dan memperlakukan sejarah secara apa adanya, setidaknya dapat mendorong potensi untuk melahirkan sikap bertanggung jawab, keperpihakan pada kebenaran, kesadaran hukum bahkan sikap politik.

Pada prakteknya implementasi ilustrasi ideal diatas seringkali berhadapan dengan sejumlah hambatan. Diantaranya, adanya keterbatasan materi dan bahan ajar serta keterbatasan guru dalam menerapkan metode dan penyampaian, proses belajar dengan materi dan metode yang telah ditentukan membuat belajar sejarah jauh esensi yang diharapkan dan menjauhkan substansi yang terkandung dalam fakta sejarah itu sendiri. Selain itu, komparasi tentang fakta juga dibatasi sehingga sejarah yang seharusnya disampaikan berdasarkan fakta–fakta yang dapat dipertanggungjawabkan justru menjauhi fakta itu sendiri. Sehingga sejarah sulit merealisasikan kebenaran dan efeknya pembelajaran sejarah menjadi sulit menekankakan nilai–nilai luhur yang dibutuhkan bangsa.
Di sisi lain pelajaran
sejarah masih adalah trade mark mata pelajaran hafalan, yang dari tahun ke tahun tidak berubah dengan sistem dan metode pelajaran yang telah ditentukan dalam kurikulum.
Para siswa masih dibuat sibuk menghafal tanpa memperoleh esensi sejarah itu sendiri, di sisi lain buku-buku sejarah pun masih yang mengalami sensor.






Setidaknya itu yang dibahas dalam
workshop Guru sejarah di wisma PGI 20-30 Mei 2009 dengan Tema ”Membangun Kesadaran Sejarah untuk Kebenaran dan Keadilan”. Workshop ini adalah proses bagaimana sejarah akan tersampaikan dengan apa adanya dengan ujung tombak Guru Sejarah yang sadar itu sendiri.
Menuju pembelajaran sejarah yang berprespektif kebenaran dan keadilan, agar dapat mendorong implementasi ideal arti pembelajaran sejarah.
Yang salah satunya adalah esensi kemanusiaan.


Husni K Efendi
Humas Internal JRK



Tidak ada komentar:

Posting Komentar