Kamis, 12 Maret 2009
Jakarta, Kompas - Gelombang pemutusan hubungan kerja di Jakarta diperkirakan akan terus bertambah dan mencapai puncaknya pada periode Mei sampai Juni. Sampai saat ini jumlah pekerja yang diberhentikan baru mencapai 2.824 orang dan diperkirakan bakal membengkak sampai di atas 50.000 orang.
Kepala Dinas Tenaga Kerja DKI Jakarta Dedet Sukandar di Jakarta Pusat, Rabu (11/3), mengatakan, menjelang pertengahan tahun ini banyak pengusaha diperkirakan akan kehilangan pesanan produksi dari dalam dan luar negeri. Menurunnya daya beli masyarakat internasional akibat krisis keuangan global menjadi penyebab utama.
Menurut Dedet, sejak Januari sampai awal Maret terdapat tiga perusahaan besar yang melakukan PHK massal. Dua dari tiga pabrik garmen itu sudah tutup dan satu lagi bertahan dengan pekerja yang jumlahnya sudah berkurang setengah.
Pada tahun 2007, kata Dedet, jumlah pekerja yang diberhentikan mencapai 53.000 orang dan tahun 2008 meningkat menjadi 56.000 orang. Pada tahun 2009, jumlah pekerja yang diberhentikan bakal melebihi jumlah pada tahun 2008.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) DKI Jakarta Soeprayitno mengatakan, dari awal Januari sampai saat ini ada 7.000 pekerja yang dirumahkan. Setiap perusahaan harus mengurangi biaya produksi agar tidak sampai bangkrut.
Pemerintah, kata Soeprayitno, juga perlu merangsang pasar domestik karena pasar ekspor tidak dapat diandalkan. Daya beli masyarakat harus diperkuat agar konsumsi produk dalam negeri dapat ditingkatkan. (ECA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar